Saturday, July 17, 2010

Bilal Bin Rabah Al Habasyi (wafat 20 H/641 M )

Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meinggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.

Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah1 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.

Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas2.

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”

Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”

Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih,

Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti

Aku bermalam di Fakh3 dikelilingi pohon idzkhir4 dan jalil

Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah5

Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil6

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi. Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.

Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..

Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”

AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Rodhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.

Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..BiIal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Friday, July 16, 2010

Bulan Syaaban



Sebahagian ahli hikmah menyatakan bahawa sesungguhnya bulan Rejab adalah kesempatan untuk meminta ampun dari segala dosa, pada bulan Syaaban adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam cela dan pada bulan Ramadhan adalah masa untuk menerangkan hati dan jiwa.
Syaaban ertinya berpecah atau bercerai-berai. Dinamakan demikian kerana orang-orang Arab pada bulan tersebut bertempiaran ke mana-mana tempat untuk mencari air, setengahnya mengatakan bahawa mereka mencari air itu di gua-gua. Sebahagiannya pula mengatakan sebab diertikan demikian kerana ia sebagai pemisah iaitu memisahkan di antara bulan Rejab dan Ramadhan. Menurut Yahya bin Mu'adz pula : Sesungguhnya perkataan Syaaban itu terbentuk dari lima huruf, yang mana setiap huruf merupakan singkatan kurnia kepada orang-orang yang beriman. adalah singkatan yang bererti kemulian dan pertolongan, singkatan kepada yang bererti keperkasaan dan keutamaan, singkatan kepada ertinya kebaikan, singkatan bagi ertinya rasa kasih sayang dan singkatan bagi yang bererti cahaya. Dari berbagai keterangan mengenai pengertian bulan Syaaban itu tadi dapatlah disimpulkan bahawa pada bulan ini adalah masa untuk manusia berebut-rebut mengejar kebajikan sebanyak mungkin sebagai latihan dan persediaan untuk memasuki bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : "Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Syaaban?" Mereka menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Baginda bersabda : "Kerana di dalam bulan itu berkembanglah kebaikan yang banyak sekali." (Dipetik dari kitab Raudatul Ulama). Keutamaan Bulan Syaaban Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim daripada Sayidatina Aisyah Radhiallahuanha, dia telah berkata yang maksudnya : "Adalah Rasulullah SAW sering berpuasa hingga kami menyangka bahawa Baginda berpuasa berterusan dan Baginda sering berbuka sehingga kami menyangka bahawa Rasulullah akan berbuka seterusnya. Aku tidak pernah melihat Baginda berpuasas ebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Baginda berpuasa sunat dalam sebulan yang lebih banyak dari puasanya di bulan Syaaban." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Dari hadis di atas dapatlah difahami bahawa ini menunjukkan kelebihan bulan Syaaban dari bulan-bulan yang lain dari segi pemilihan bulan untuk beramal ibadat selain dari bulan Ramadhan. Selain dari itu, Rasulullah SAW pernah mengumpamakan keutamaan bulan ini dengan keutamaan diri Baginda sendiri ke atas nabi-nabi yang lain. Sabda Baginda yang maksudnya : "Keutamaan bulan Syaaban ke atas bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan saya di atas semua nabi-nabi yang lain, sedangkan keutamaan bulan Ramadhan ke atas semua bulan yang lain adalah seperti keutamaan Allah Taala ke atas makhluk-Nya."

Amalan-amalan di bulan Syaaban

Di antara amalan-amalan yang digalakkan pada bulan Syaaban adalah :

1. Memperbanyakkan puasa sunat

Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahawa RAsulullah SAW lebih gemar untuk berpuasa sunat dalam bulan Syaaban berbanding dengan bulan-bulan yang lain. Justeru itu adalah patut bagi kita selaku umat Baginda mencontohinya dalam memperbanyakkan puasa sunat bagi menyemarak dan mengagungkan bulan Syaaban ini.

Di dalam kitab Durratun Nasihin ada menyebut sebuah hadis yang menyatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : "Barangsiapa berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban dan tiga hari pada pertengahan Syaaban dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah Taala mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti orang-orang yang beribadat kepada Allah Taala selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka dia seperti orang yang mati syahid."

2. Memperbanyak doa, zikir dan membaca selawat kepada Rasulullah SAW.

Sabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang mengagunkan bulan Syaaban, bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah Taala mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya di dalam tahun itu dari segala macam bencana dan penyakit." (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa'izhin)

3. Bertaubat

Diriwayatkan dari Umamah Al Bahili Radiallahuanhu, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : "Manakala masuk bulan Syaaban, sukacitalah dirimu dan perbaiki niatmu."

Sebahagian ahli hikmah menyatakan bahawa sesungguhnya bulan Rejab adalah kesempatan untuk meminta ampun dari segala dosa, pada bulan Syaaban adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam cela dan pada bulan Ramadhan adalah masa untuk menerangkan hati dan jiwa.

Malam Nisfu Syaaban

Malam 15 Syaaban atau lebih dikenali sebagai malam Nisfu Syaaban adalah satu malam yang sunat dirayakan dalam syariat Islam kerana ia merupakan malam yang paling mustajab dan penuh rahmat.

Malam nisfu Syaaban ini sayugialah kita hidupkan dengan membaca Surah Yaasiin tiga kali selepas sembahyan fardhu Maghrib. Dan setiap kali lepas membaca Yaasiin akan dibaca doa. Pada bacaan Yaasiin pertama diniatkan dengan memohon panjang umur, pada bacaan kali kedua diniatkan dengan memohon agar dijauhkan dari bala dan pada bacaan ketiga diniatkan memohon murah rezeki yang halal. Cara lain ialah menghidupkan malam nisfu Syaaban dengan berhimpun membaca zikir dan Al Quran.

Doa Malam Nisfu Syaaban.
Ertinya : Allahumma Ya Allah Ya Tuhan yang empunya kurniaan, dan tiada siapa mengurniakan kepada-Nya, ya Tuhan yang empunya kemuliaan dan kebesaran, ya Tuhan yang empunya kurniaan, tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya dalam wujud ini melainkan Tuhan hamba sahaja, tempat sandaran hamba-hamba Tuhan yang memohon perlindungan, dan tempat perlindungan hamba-hamba Tuhan, yang mohon keselamatan, dan tempat keselamatan hamba-hamba Tuhan yang di dalam ketakutan. Kiranya Tuhan hamba telah ada menulis akan hamba di sisi Tuhan hamba dalam Loh Mahfudz, akan seorang yang celaka, maka hamba mohon akan hapuskan daripada hamba nama kecelakaan itu, dan mohon tetapkan hamba di sisi Tuhan hamba akan seorang yang berbahagia. Dan kiranya Tuhan hamba telah ada menulis akan hamba di sisi Tuhan hamba dalam Loh Mahfudz akan seorang yang ditegah dari kebajikan, dan seorang yang disempitkan rezeki hamba, maka hamba mohon hapuskan tegahan itu daripada hamba, dan mudahkan rezeki hamba, dan hamba mohon tetapkan hamba di sisi Tuhan hamba, akan seorang yang berbahagia dan seorang yang ditaufikkan dengan kebajikan kerana bahawasanya Tuhan hamba telah berfirman dalam kitab yang telah Tuhan hamba turunkan (Al Quran) maksudnya : "Allah Taala menghapuskan apa yang Dia hendak hapuskan, dan Dia tetapkan apa yang Dia hendak tetapkan dalam suatu kitab dan di sisinya Loh Mahfudz."

Sunday, July 11, 2010

Renungan - Kehidupan Abadi

Sebagian besar manusia tidak menyadari bahwa ia adalah mahluk abadi, yang sedang singgah didalam kehidupan dunia ini. Dunia yang sudah berumur ribuan tahun dan masih akan ada sampai …….entah berapa ratus atau ribu tahun lagi, menjelang terjadinya hari Kiamat.. Sedangkan kita manusia hanya singgah beberapa tahun saja didunia ini, ada yang sehari, seminggu, sebulan, setahun, beberapa tahun sampai puluhan tahun, paling lama mungkin hanya 90 atau 100 tahun. Bagi yang sudah menetap sekitar 60 tahun didunia ini tentunya harus sudah siap siap mungkin beberapa tahun lagi akan digusur dari kehidupan dunia ini dan pindah kealam barzakh. Sepanjang perjalanan hidup kita mulai dari alam Ruh sampai diakhirat kelak kita akan melalui 7 tahap perjalanan hidup: Alam Ruh, Alam rahim, Alam dunia, Alam barzakh, Hari berbangkit, Hari berhisab, Hari pembalasan.

Alam Barzakh


Alam Barzakh adalah Alam Kubur dimana manusia melakukan 'penantian' untuk dibangkitkan pada hari Kiamat. Jadi waktunya bisa berjalan jutaan tahun atau mungkin malah miliaran tahun. Sejak dia meninggal sampai Kiamat Sughra, dan kemudian dilanjutkan sampai hari Berbangkit.
QS. Al Mu’minun (23): 99 - 100
"Hingga apabila datang kematian kepada sesoorang di antara mereka, dia berkata : Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)"
"Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai mereka dibangkitkan."
Yang menarik dari keberadaan alam Barzakh ini adalah waktunya. Banyak sekali ayat Al Qur'an yang menjelaskan bahwa masa peralihan antara Alam Dunia dan Alam Akhirat itu terasa demikian singkat. Kebangkitan kita dari Alam Kubur itu diibaratkan orang tidur, yang kemudian dibangunkan. Dia tidak merasakan berapa lama tidur yang barusan dialaminya.
QS. Yasin (36) : 52
"Mereka berkata : Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkit-kan kami dari tempat tidur kami (kubur)?
QS. Al Israa (17) : 52
"Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja"
QS. Ar Ruum (30) : 55 - 56
"Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa : "mereka tidak berdiam (di dalam kubur) melainkan sesaat saja. " Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). "
"Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan : sesungguhnya kamu telah berdiam (di dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu, akan tetapi kamu selalu tidak meyakininya.
Kita memperoleh kesan terhadap ayat-ayat di atas, bahwa ketika berada di alam kubur itu manusia seperti tidak sadar sebagaimana ketika masih hidup. Sehingga ketika dibangkitkan, ya seperti orang yang terbangun dari tidurnya.
Sewaktu ditanyakan kepada mereka tentang lamanya tinggal di alam kubur itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Kata mereka, hanya sebentar saja. Dan Allah mengatakan, itu tidak benar. Karena mereka sebenarnya telah tinggal di alam kubur itu selama jutaan tahun atau bahkan miliaran.
Mereka tidak merasakan apa-apa. Seperti orang yang tidur atau pingsan. Bahkan di beberapa ayat lainnya, mereka dibuat terkejut oleh peristiwa kebangkitan itu.
QS. Ash Shaaffaat (37) : 20
"Dan mereka berkata Aduhai celakalah kita! Inilah Hari Pembalasan."
QS. Thahaa (20) : 103 - 104
“Mereka berbisik-bisik di antara mereka : kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sepuluh (hari).”
"Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja.
Alam Barzakh adalah alam penantian jiwa yang akan dibangkitkan. Ketika seseorang mati, badannya hancur terurai menjadi unsur-unsur dalam tanah. Tetapi jiwanya 'melayang' memasuki Alam Barzakh. Sebuah alam yang memiliki dimensi berbeda dengan dunia manusia. Di sana kata Allah, ada dinding yang membatasi jiwa supaya tidak bisa kembali ke dunia.
Seorang manusia atau pun jin yang telah meninggal, jiwanya tetap hidup di Alam Barzakh. Kebanyakan kita tidak bisa melihatnya atau mendengamya lagi. Akan tetapi orang-orang tertentu bisa mengobservasinya. Secara umum, Allah mengatakan bahwa eksistensi mereka itu tertangkap secara samar-samar.
QS. Maryam (19) : 98
"Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?"
QS. Al Baqarah (2) : 154
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah, mati. Bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya."
QS. Ali Imran (3) : 169
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki."
Demikianlah, Allah memberi informasi kepada kita bahwa di sekitar kita ada alam Barzakh yang berisi jiwa-jiwa yang menanti kebangkitan. Mereka hidup di sana, meskipun kita tidak bisa mengobservasinya secara jelas. Kadang-kadang, ada di antara kita yang bisa menangkap keberadaannya, meskipun samar-samar saja, kata Allah.
Dan yang menarik, jiwa-jiwa itu ternyata memiliki 'kesadaran' yang berbeda dengan ketika hidup di dunia. Terbukti ketika dibangkitkan kelak, mereka terkejut. Tidak menyangka.
Antara orang tidur dengan orang terjaga. Keduanya memiliki 'kesadaran' yang berbeda. Orang tidur, sebenarnya memiliki 'kesadaran'. Tetapi di alam tidurnya sendiri. Sehingga ia bisa bermimpi. Mengalami 'kejadian' di alam tidur itu. Mimpi, sesungguhnya adalah sebuah 'kenyataan' di Dunia Mimpi itu sendiri. Dan sebenarnya, juga memiliki korelasi atau hubungan tertentu dengan dunia kenyataan.
Sehingga, bagi orang yang memiliki kemampuan untuk menafsirkan mimpi, ia bisa tahu bahwa suatu mimpi, memiliki makna tertentu dalam kehidupan nyatanya. Kemampuan seperti itu diceritakan di dalam Al Qur'an dimiliki oleh nabi Yusuf as. Beliau bisa melihat korelasi antara mimpi dengan dunia nyata.
Jiwa di alam Barzakh suatu ketika akan kembali kepada badan masing-masing. Dan sebagian mereka yang tidak percaya pada hari Berbangkit akan dibuat terkejut saat itu. Mereka memperoleh kesadaran Kehidupannya kembali. Bahkan inderanya lebih tajam dibandingkan dengan ketika masih hidup di dunia, Mereka justru bisa mengobservasi banyak hal yang tidak bisa diobservasinya pada saat hidup di dunia.



Friday, July 9, 2010

PROGRAM QIAMULLAIL


PROGRAM QIAMULLAIL
09-07-2010
JUMAAT
11.00 MLM-6.30 PAGI
PARA REMAJA YANG BERADA DI KAMPUNG DIJEMPUT HADIR BERAMAI-RAMAI...

Thursday, July 1, 2010

Bulan Rejab


Bulan Rejab



Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sampaikanlah PesanKu Biarpun Satu Ayat..."

Bulan Rejab merupakan salah satu bulan dari 12 bulan-bulan Islam. Bulan Rejab mengandungi peristiwa-peristiwa bersejarah kepada orang Islam dimana berlakunya peperangan Tabuk, pembebasan Al-Aqsa dari tangan tentera Salib dan juga ada orang Islam yang berpendapat bahawa bulan inilah berlakunya peristiwa Isra' dan mi'raj Nabi Muhammad saw. Tidak kurang juga ramai yang melihat bulan Rejab ini sebagai satu bulan spiritual dimana mereka mempertingkatkan ibadat sunat khususnya ibadat puasa.

Tarikan dan seruan yg ditiup kedalam jiwa umat Islam Nusantara terutamanya untuk melakukan ibadat kebanyakkannya dipengaruhi oleh penyebaran beberapa hadis-hadis yang mengandungi Fadilat-Fadilat beribadat didalam bulan ini. Jelas terlihat dari segi jualan buku-buku kecil yang mengandungi fadilat-fadilat bulan Islam begitu laris dipasaran menjelang bulan Rejab. Begitu juga dizaman era Internet ini (ICT), e-mail dan maling list yg di forwardkan mengandungi 'cut & paste' dari fadilat-fadilat Rejab yg terkandung didalamnya. Rata-rata tarikan fad'il (fadilat-fadilat) inilah merupakan faktor penarik kepada kebiasaan orang awam untuk melakukan ibadat sunat. Injeksi faktor ini dapat kita lihat dengan jelas penerapannya didalam budaya Melayu-Islam seperti rangkap-rangkap sya'ir dibawah ini:[1]

Rejab bulan menabur benih Sya'ban bulan menyiram tanaman Ramadan bulan menuai

Rejab menyuci badannya Sya'ban menyucikan hati Ramadan menyucikan rohnya

Rejab bulan marghfirah Sya'ban bulan syafaat Ramadan bulan menggandakan kebajikan

Rejab bulan taubat Sya'ban bulan muhibbah Ramadan dilimpahi pahala amalan seperti hujan mencurah banyaknya

Rejab digandakan 70 pahala
Sya'ban diganda 700 pahala
Ramadan diganda 1000 pahala

Mungkin timbul beberapa persoalan yg tersimpan didalam lubuk hati kita: -mengapa bulan Rejab sahaja yg dipilih mempunyai kelebihannya? Pernah atau tidak kita terfikir yg mungkin berita-berita ini ditokok tambah (exaggerate) oleh manusia biasa yg bercakap atas nama Nabi saw? Mengapa didalam bulan ini terdapat solat-solat khas, zikir-zikir khas dan juga waktu-waktu khas untuk melakukan peribadatan? Disini kita ingin membawa beberapa penjelasan dari ulama'-ulama' muktabar dan kontemporari mengenai kesahihan fadilat yg terdapat didalam bulan itu sendiri, dan apakah sebenarnya fadilat yang terkandung didalam Rejab. Bulan Rejab merupakan satu bulan dari bulan-bulan Haram Bulan Rejab merupakan salah satu dari bulan-bulan 'Haram' didalam Islam. Dalilnya terdapat didalam Firmah Allah swt didalam Surah Al-Taubah ayat 9:

"Sesungguhnya bilangan bulan-bulan di sisi (hukum) Allah ialah dua belas bulan, (yang telah ditetapkan) dalam Kitab Allah semasa Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu ialah agama yang betul lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar laranganNya) dan perangilah kaum kafir musyrik seluruhnya sebagaimana mereka memerangi kamu seluruhnya dan ketahuilah sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa."

Menurut Tafsir Jalalain, yang dimaksudkan dengan "diantaranya empat bulan yang di hormati" ialah:

"Empat bulan Haram - Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab"[2]

Allah swt telah mengurniakan kepada manusia 4 bulan haram. Bulan-bulan ini sebagaimana yg disepakati oleh semua ulama' ialah Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab. Umat Islam adalah diharamkan pergi berperang didalam bulan-bulan ini, kecualilah jika mereka diugut. Didalam bulan ini terdapatnya ibadat Haji dijalankan (Zulhijjah), dimana pada hari Arafah disunatkan bagi mereka yg tidak menunaikan haji melakukan ibadat puasa. Rasulullah saw juga menggalakan umat Islam melakukan puasa sunat pada hari Asyura' (10
hb Muharam).

Apakah terdapatnya kesahihan fadilat khas berpuasa didalam bulan Rejab? Disini nyatakan pandangan para ulama' mengenai kesahihan
fadilat Rejab.

1. Sheikh Atiyah Al-Saqr.

a. Kebanyakkan fadilat Rejab terkandung didalam Hadis yg sangat Lemah dan Palsu.

Bekas Ketua Lujnah Fatwa Al-Azhar mengatakan bahawa setiap fadilat sesuatu perkara itu harus dilihat dari segi nas yg sahih dan beliau
melihat bahawa hadis-hadis yg didatangkan mengenai fadilat didalam bulan Rejab kebanyakkannya adalah lemah dan palsu, katanya:

[3] "Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi fadilat kepada beberapa bulan dan tempat, tetapi tidak thabit untuk masa (zaman) dan untuk tempat melainkan dengan dalil yg qath'i (nyata) dan tidak thabit sehingga tidak mendusta keatas Nabi Muhammad saw, dan banyak hadis-hadis timbul mengenai fadilat bulan Rejab, dimana statusnya antara Dha'if dan Mawdhu', dan tidak thabit dari pembawanya (naqal)."

Menurut Al-Saqr lagi bahawa: "Al-Hafiz Ahmad bin Ali bin Mohammad bin Hajar Asqalaani meletakkan didalam risalahnya dengan topiknya :
Penjelasan yg datang didalam Fadilat Rejab, pengumpulan jumhur Hadis menyebut mengenai Fadilat-Fadilat Rejab, Puasa dan Solat didalamnya.
Ia dikelaskan sebagai Lemah dan Mawdhu"

b. Fadilat Rejab berada bersama dengan Fadilat bulan-bulan haram yang lain.

Fadilat Rejab secara umumnya berada didalam Fadilat bulan-bulan Haram sebagaimana Firman Allah didalam surah Taubah:36 dan terdapat
juga Hadis Sahihin mengenai Hijatul Wada', didalamnya dinyatakan nama bulan bulan tersebut, iaitu : Zulkaedah, Zulhijjah dan
Muharram, dan yg tunggal ialah Rejab. Dimasa itu orang Islam ditegah melakukan kezaliman, peperangan dan juga dilarang melakukan maksiat
kepada Allah swt.

c. Berpuasa hari pertama atau yg lain sama sahaja fadilatnya.

Berkata Al-Saqr lagi bahawa: "Amalan Saleh didalam bulan Rejab adalah sebagaimana ganjarannya didalam bulan-bulan Haram, yang
didalamnya terdapat puasa, SAMA sahaja [berpuasa] hari pertama atau pun hari akhir. Berkata Ibnu Hajar : 'Sesungguhnya bagi bulan Rejab
tidak terdapatnya hadis mengenai fadilat khas berpuasa, tidak terdapat yg Sahih atau Hasan'. "

Beliau memetik beberapa hadis da'if dan palsu, diantaranya ialah:

i. "Sesungguhnya didalam syurga ada sebuah sungai yg dipanggil Rejab, warna airnya sangat putih dari susu, manisnya lebih manis dari madu, barangsiapa yg berpuasa sati hari dari bulan Rejab, maka Allah akan memberi ia minum dari sungai itu" - hadis ini Dha'if.

ii. "Barangsiapa berpuasa sehari didalam bulan Rejab seolah-olah dia berpuasa satu bulan, dan siapa yg berpuasa didalamnya 7 hari maka
akan ditutup 7 pintu-pintu neraka, dan barangsiapa yg berpuasa 8 hari maka 8 pintu-pintu syurga akan terbuka, dan barangsiapa yang
berpuasa 10 hari, maka akan digantikan dosa dengan kebaikan" - hadis ini Dha;if.

iii. Terdapat sebuah hadis yg panjang mengandungi fadilat berpuasa rejab menurut hari, dan didalamnya terkandung matan :
:"Rejab bulan Allah. Sya'ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku" - Hadis ini palsu.

d. Tidak ada solat khas didalam Rejab.

Daripada Hadis yang tidak diterima (ghair maqbulah) mengenai solat :

"Barangsiapa yang solat Magrib di awal malam dari bulan Rejab, kemudian diikuti oleh solat 20 rakaat selepasnya, dia membaca pada setiap rakaat Al-Fatihah dan Qulhu Allahu Ahad sekali dan dia memberi salam kepadanya 10 kali salam, Allah akan menjaga dirinya, keluarganya, hartanya dan anaknya, dan akan diselamatkan dari azab kubur, dan perjalanan di sirat bagaikan boraq, tanpa hisab dan azab." - Itu adalah hadis Mawdhu'

e. Menziarah kubur pada bulan Rejab tiada nasnya:

Mengenai fadilat menziarah kubur pada bulan Rejab, Sheikh Atiyah Al-Saqr mengatakan bahawa perbuatan ini tidak ada dalilnya didalam
Islam. Beliau menyarankan agar lebih elok melihat mengenai sejarah-sejarah yg berlaku dibulan Rejab dan mengambil tauladan
daripadanya. "Ini adalah manusia yg prihatin, dan wanita dari kumpulan tertentu, mereka menziarahi kubur pada hari Jumaat pertama
didalam bulan Rejab, tidaklah ada asalnya didalam agama, dan ganjaran yg besar daripada ziarah tersebut, dan bukanlah hari ini.
Adalah lebih aula didalam bulan Rejab ini kita mengingati kembali sejarah yg berlaku kepadanya seperti penaklukan Tabuk, mngingati
Salahuddin Al-Ayobi menyelamatkan Jerusalem (Al-Qudus) dari tangan tentera Salib (Rejab 583H, 1187M). Orang Arab dan Islam menyucikan
Masjid Al-Aqsa dari Ketua Pasukan Pakatan. Kita mengingatkan kembali peristiwa Isra' dan Mi'raj iaitu pengajaran darinya, dimana orang
Islam menganggapnya berlaku didalam bulan Rejab. Allah yg Maha Mengetahui."

2] Sheikh Dr Yusuf Al-Qardhawi

a. Fadilat Rejab sama dengan fadilat bulan-bulan haram yg lain

Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahawa fadilat Rejab adalah sama seperti yg terdapat didalam 3 bulan-bulan Haram yg lain. Katanya
[4]: "tidaklah ada kesahihan didalam bulan Rejab, melainkan ia merupakan salah satu dari bulan-bulan haram, bahawa Allah swt telah
menyebut didalam kitabnya - didalamnya ada 4 bulan haram - Al-Taubah:36. Iaitu Rejab, Zulqaedah, Zulhijah dan Muharram....Itulah
bulan-bulan yg mempunyai fadilat. Tidak terdapat Hadis Sahih bahawa Rejab khusus mengatakan Rejab lebih afdal, melainkan Hadis Hasan:
Sesungguhnya Nabi saw banyak berpuasa didalam Sya'ban.."

b. Hadis-Hadis mengenai fadilat Rejab kebanyakkannya lemah dan palsu.

Beliau juga menyatakan bahawa hadis-hadis mengenai fadilat-fadilat khas Rejab kebanyakkan merupakan Hadis Palsu atau pun yang sangat
Lemah tarafnya: "Hadis ini dimaklumkan sebagai sebuah hadis yang mengandungi fadilat Rejab - "Rejab bulan Allah. Sya'ban bulanku dan
Ramadhan bulan umatku"..... Hadis in mungkar dan sangat-sangat Dhaif, bahkan beberapa ulama' mengatakan hadis ini Palsu! .... yakni penipu.. Maka bukanlah kepadanya nilai saintifik dan bukanlah mempunyai nilai agama. Disitu ada hadis yg mengatakan terdapat Fadilat Rejab kepada sesiapa yg bersolat begini dan ia mendapat begini, dan sesiapa yg meminta beristigfar sekali kepadanya maka ia akan mendapat ganjaran begini.... Ini semua adalah berlebih-lebihan (exaggeration), dan semuanya adalah pembohongan. Dari ini satu tanda satu penipuan didalam Hadis yg memasukkan pe! ! ! rkara yg berlebih-lebihan...."

c. Ganjaran yg dijanjikan tidak sepadan dengan amalannya.

Pada beliau ganjaran-ganjaran yg dinyatakan didalam Hadis Palsu itu adalah sesuatu yg berlebih-lebihan. Ini merupakan satu pendustaan yang
amat besar. Menurut beliau ganjaran sesuatu ibadat itu mestilah setimpal dengan bentuk ibadat itu sendiri. Katanya : "Berkata ulama' : Janji untuk mendapatkan ganjaran yg besar diatas perkara yang biasa, atau ugutan kepada azab yg pedih keatas dosa kecil? Ia menunjukkan bahawa ini merupakan Hadis yang bohong."

d. Umat Islam perlu mengetahui jenis-jenis hadis yg Palsu

Dr Yusuf Qardhawi menyatakan bahawa sebagai seorang Islam kita wajib mengetahui mengenai hadis yg diberikan kepada kita. Tidak ada alasan yg boleh kita berikan kerana terdapatnya buku-buku yang banyak dipasaran mengenai taraf sesuatu hadis. Kata beliau : "Ulama' telah memberi amaran contohnya keatas Hadis Palsu dan Bohong ini, dan melarang manusia terhadapnya... sesungguhnya telah datang hadis :"Barangsiapa mereka-reka Hadis difikirkan, sesungguhnya ia menipu, maka dia adalah pembohong....."(Riwayat Muslim didalam muqadimahnya yg Sahih), tetapi mereka tidak mengetahui bahawa ia adalah Hadis Palsu, maka ia wajib mengetahui, mengetahui hadis itu dari sumbernya .... maka disana ada Kitab Hadis yg Muktamad, di sana ada kitab khas untuk mengetahui Hadis Palsu, contoh Al-Maqasid Al-Hasanah, karangan Al-Shakhaawi dsb.........."

3. Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Hajar mengatakan adalah menjadi satu kesalahan menetapkan sesuatu hari atau bulan itu khas untuk melakukan amalan. Kenyataan
ini dapat di lihat didalam fatwa Shiekh Al-Saqr[5] mengenai fadilat Rejab dengan memetik kata-kata Ibnu Hajar: "Ibnu Hajar didalam makalahnya ada menyebut berkenaan dengan terdapat hadis-hadis yg melarang berpuasa Rejab sepenuhnya, maka beliau berkata : Larangan ini terpulanglah kepada sesiapa yang berpuasa memuliakan Jahiliyyah, sebagaimana jika dia berpuasa dengan qasad (niat) yg bukan menjadikan penekanan atau mengkhususkan mengenai hari-hari yg dia berpuasa, atau pada malan tertentu dia berqiamullail, maka beliau percaya yang dilakukan itu adalah sunnah, maka ini adalah pekerjaan yg baik atas apa yg diletakkan dan tidak mengapa baginya. Maka jika ianya di khaskan atau menjadi suatu ketetapan, maka ia adalah DITEGAH (Mahzhur), dan makna penegahan itu dialam hadis Nabi saw bersabda :"Jangan mengkhaskan hari Jumaat untuk berpuasa dan jangan [mengkhaskan] malamnya berqiamullail". - riwayat Muslim. Jika mempercayai puasanya atau puasa ini lebih baik dari puasa lainya yang didalamnya terkandung puasa nazar, Ibnu hajar lebih cenderung menegahnya, dan sebagaimana yg dinaqalkan oleh Abi Bakar Al-Thorthorshi didalam bukunya "Bid'ah wa hawadith" bahawa bulan Rejab
dibenci olehnya kerana 3 jenis:

1. Sesungguhnya jika orang Islam mengkhaskan puasa di setiap hari kemuliaan awam secara tahunan.

2. Menjadikan ia seperti kefarduan ramadhan, atau menjadikan ia sunat sebagai sunat yg kekal.

3. Kerana puasa ini mempunyai fadilat khas dan puasa-puasa yang lainnya kalau dengan itu apa yg dijelaskan oleh Rasulullah saw, : berkata Ibnu Dihya : "Puasa adalah amalan kebajikan"., Tidak terdapat fadilat berpuasa didalam Rejab maka perkara itu ditegah darinya. Tamat apa yg dinaqalkan oleh Ibnu Hajar."

4] Dr. Sayid Saabiq
Menurut seorang tokoh Ikhwan Dr Sayid Saabiq didalam membicarakan bab puasa sunat, mengatakan bahawa : "Puasa Rejab, bukanlah ada
padanya fadilat yg berlebih dari bulan-bulan lain, melainkan sesungguhnya ia dari bulan-bulan yg haram".

Ini bermaksud bahawa bulan-bulan haram ini mempunyai fadilat-fadilat yg sama. Pendapat juga di sokong oleh mazhab Hanbali yg mengatakan
menetapkan bulan Rejab sahaja untuk berpuasa sunat adalah makruh[6].


Hadis-hadis fadilat Rejab yg palsu atau dhaif

Dibawah ini disenaraikan beberapa contoh hadis-hadis palsu berkenaan dengan fadilat Rejab:[7]

a. Barang siapa yg mengerjakan solat Magrib pada permulaan malam Rejab kemudian dia mengerjakan 20 rakaat dengan membaca surah Al-
Fatihah dan Qul Hu Allahhu Ahad pada tiap-tiap rakaat satu kali dan dia memberi salampada solat ini dengan 10 salam, maka tahukah kamu
apa ganjaranya?

-Hadis ini Mawdhu' (palsu)
*Diriwayatkan oleh Al-Jauzaqanniy dari Anas, kemudian beliau berkata hadis ini adalah Palsu.

b. Barang siapa yg melakukan solat pada malam Nisfi Rejab 14 rakaat dengan membaca Alhamdu 1 kali pada rakaat, Qul Hu Allahhu Ahad 20
kali, Qul A'uuzu Birabbil Falaq 3 kali, Qul A'uuzu Birabbin Nas 3 kali kemudian apabila dia selesai bersolat hendaklah ia berselawat
keatas ku 10 kali kemudian dia bertasbih, bertahmid dan bertahlil 30 kali, maka Allah akan mengutuskan kepadanya 1000 malaikat.

-Hadis ini Mawdhu' (palsu)
*Dalam ! ! ! sanadnya terdapat beberapi Rawi yang majhul.

c. Barang siapa yg berpuasa sehari pada bulan Rejab (ganjarannya) sama dengan puasa sebulan.

-Hadis sangat Dhaif.

*Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dari Abi Dzar.

*Dalam sanadnya ada rawi yg bernama: Al-Furaat bin As-Saaib, dia adalah seorang rawi yg Matruk. *Ibnu Hajar Al-Asqalaaniy telah menjelaskan bahawa para ahli hadis telah sepakat, bahawa hadis ini diriwayatkan dari jalan Al-Furaat bin As-Saaib, sedangkan rawi ini adalah seorang yg Dhaif.

d. Barang siapa yg berpuasa 3 hari pada bulan Rejab, dituliskan baginya ganjaran puasa satu bulan dan barang siapa yg berpuasa 7 hari pada bulan Rejab maka Allah tutupkan daripadanya 7 pintu-pintu api neraka. Dan barangsiapa yg berpuasa 8 hari pada bulan Rejab maka Allah membuka baginya 8 buah pintu dari pintu-pintu syurga, dan barang siapa yg berpu! ! ! asa separuh dari bulan Rejab maka dia akan di hisab dengan hisab yg mudah.

-Hadis ini Mawdhu' (palsu)
*Tidak disahkan hadis ini kerana rawi yg bernama Abaan merupakan rawi yg Matruk. *Selain dari itu ada rawi yg bernama Amar bin Al-Azhar yg sangat suka memalsukan hadis.

e. Barang siapa yg berpuasa satu hari pada bulan Rejab dan bangun pada malam harinya mengerjakan solat malam maka Allah akan membangkitkan dia pada hari Kiamat dalam keadaan aman, dan dia berjalan di atas sirat dalam keadaan Tahlil dan Takbir.

-Hadis ini Mawdhu' (palsu) *Dalam sanadnya ada rawi yg bernama Ismaail, dia adalah seorang rawi yg suka berdusta.

f. Barang siapa yg menghidupkan satu malam dari bulan Rejab mengerjakan solat malam dan berpuasa padanya satu hari, maka Allah memberi makan kepadanya dari buah-buahan Syurga.

-Hadis ini Mawdhu' (palsu) *Dalam Kitab Al-Laaly dijelaskan bahawa hadis ini diriwayatkan oleh Hussain bin Ali. Kemudian diterangkan bahawa hadis ini Mawdhu'.


Bagaimana beramal didalam bulan ini?

a. Shiekh Mahmud Al-Sya'rawi[8] didalam menjawab satu pertanyaan mengenai apakan bulan dari bulan-bulan 'am yg afdal manusia berpuasa selepas bulan Ramadan, beliau memetik hadis berikut diriwayatkan oleh Musnad Ahmad :

"Seorang lelaki telah bertanya Rasulullah saw, katanya : Bulan mana kamu perintahkanku berpuasa selepas Ramadan? Maka Rasulullah saw berkata : Jika aku berpuasa selepas Ramadan, maka berpuasalah dibulan Haram, maka sesungguhnya didalamnya dari Taubat Allah swt keatas satu kaum, dan terdapat taubat didalamnya untuk satu kaum yang lain"

Jelas disini menunjukkan bulan-bulan haram ini disunatkan berpuasa dan juga terdapatnya keampunan Allah swt didalam bulan-bulan ini.

b. Bekas Mufti besar Arab Saudi, Shiekh Abdul Aziz Bin Baaz apabila ditanya berpuasa pada bulan-bulan haram, Beliau menjawab [9]: "Bulan Muharam dari segi syara' dibolehkan berpuasa dengannya dan begitu juga Sya'ban, disana terdapatnya 10 Zulhijjah, bukanlah ada dalil disan keatasnya, akan tetapi berpuasa dengannya TANPA ber'itiqad yang khusus (khas) atau pribadi, maka tidaklah menjadi masalah."

Bagi bulan Allah Al-Haram tersebut, Rasulullah saw pernah bersabda :
((Seafdal-adfal berpuasa selepas ramadan ialah dibulan Allah Al-Haram)). Maka adalah baik bagi berpuasa, atau berpuasalah pada 9, 10 dan 11, itulah yg baik, begitu juga dengan Sya'ban dimana Nabi saw berpuasa dengannya"

c. Seorang Ulama' Islam dari negara Syria yg terkenal pada masa kini, Dr Wahbah Zuhaily mengatakan bahawa, kebanyakkan iman empat
mazhab (Syafiie, Hanbali, Maliki dan Hanafi) bersetuju mengenai terdapatnya amalan berpuasa sunat didalam bulan-bulan haram ini,
cuma ia berbeza pendapat mengenai cara implementasinya. kata Dr Wahbah Zuhaily[10] :

"Keutamaan berpuasa pada bulan-bulan ini terdapat disisi Mazhab Maliki dan Syafiie, dan mazhab Hanbali berpuas hati dengan keputusan
sendirinya memberi keutamaan berpuasa dibulan Haram, pada mereka itulah puasa yg afdal selepas Ramadan, telah bersabda Rasulullah
saw : ((Seafdal solat ialah pertengahan malam, dan seafdal puasa selepas bulan Ramadan ialah di bulan Allah Al-Haram)). Seadal puasa
dibulan haram ialah Hari Al-Asyura', sebagaimana diantaranya. Dan berkata mazhab Hanafiah : Sunat berpuasa didalam bulan-bulan Haram,
iaitu berpuasa 3 hari dari semuanya iaitu :- Hari Khamis, Jumaat dan Sabtu."


d. Shiekh Abdul Rahman Al-Jaziry didalam buku Kitab Fikh Empat Mazhab [11] juga memetik persetujuan 4 mazhab ini mengenai puasa
dibulan-bulan haram,kata nya: "Mengenai sunat berpuasa dibulan Rejab dan Sya'ban, Imam-imam ini telah bersetuju dengannya, cuma terdapat
khilaf dengan Hanbali......... Hanbali : Menetapkan puasa Rejab (secara tunggal) adalah makruh, melainkan jika ia berbuka (tidak berpuasa) secara selang-seli, maka tidaklah Makruh."


e. Panelist fatwa IslamOnline, Shiekh Dr Yusuf Al-Qaradhawi, ketika diminta memberi fatwa mengenai apakah berpuasa didalam bulan Rejab
itu sunat atau bid'ah, beliau telah menjawab [12]:

"Berpuasa didalam bulan adalah maqbul dan mustahab, keatas semua perkara. Tetapi bukanlah datang dari Rasulullah saw bahawa beliau
berpuasa satu bulan penuh, melainkan bulan Ramadhan. Beliau banyak berpuasa didalam bulan Sya'ban, tetapi tidak berpuasa sepenuhnya,
dan itulah sunnah nabawiyyah ... Beliau berpuasa dan berbuka disetiap bulan, seperti riwayat mengatakan : ((Beliau berpuasa
sehingga kami mengatakan beliau tidak berbuka, Beliau berbuka sehingga kami mengatakan beliau tidak berpuasa)) (Riwayat Bukhari,
Muslim dan Abu Daud). Maka beberapa golongan manusia berpuasa seluruh bulan Rejab, sebagaimana yg kita lihat sebelum ini, Aku
telah lihat beberapa orang berpuasa bulan Rejab, Sya'ban, Ramadhan dan 6 hari didalam bulan Syawal, dan menamakannya "Al-Ayam Al-
Baidh", selepas berbuka, mereka akan menjadi perayaan pada hari yang ke 8 dari Syawal....Hasil dari puasa ini ialah 3 bulan dan 6 hari
saling berhubungan, mereka hanya akan berbuka apabila tiba Hari A'id. INI TIDAK DATANG DARI NABI SAW, atau pun dari para sahabat
atau pun dari Al-Salaf Al-Saleh.. maka mereka berpuasa sehari dan berbuka sehari. Tidak ada berterusan didalam puasa. Semua kebaikan
adalah menurut Salaf dan keburukan adalah dari rekaan para Khalaf. Barangsiapa yg ingin ber'iitiba' dan inginkan ganjaran, maka ia
harus mengikur Nabi saw dimana tidak berpuasa sepenuhnya didalam Rejab, dan tidak berpuasa sepenuhnya didalam Sya'ban. Dan ini adalah
yg lebih utama. Wa Billahi Tawfiq."

Beliau tegas mengatakan bahawasanya disunatkan berpuasa pada bulan-bulan haram, tetapi tidak lah sepenuh bulan Rejab dan Sya'ban, kerana ini tidak dilakukan oleh Rasulullah saw, atau sahabat-
sahabatnya ataupun para ulama' Salaf.


Puasa-Puasa sunat yang lain

Syeikh Muhammad Mutawali Al-Sya'rawi didalam fatwanya[13] menjawab persoalan mengenai puasa-puasa sunat, beliau telah menyenaraikan 8
jenis puasa yg beliau sifat sebagai :"Puasa yg orang Islam lakukan bagi mendekatkan diri kepada Allah"

Puasa-puasa sunat (suka rela):

1. Hari Arafah (9 Zulhijjah kepada mereka yg tidak menunaikan Haji.

2. Hari Asyura', disitu ada hari 9 atau mana-mana hari 9 atau 10 Muharam.

3. 6 hari didalam bulan Syawal.

4. Hari-hari Putih didalam bulan-bulan Arab (islam) iaitu :- hari13,14 dan 15.

5. Berpuasa pada hari Isnin dan Khamis didalam setiap minggu.

6. Berpuasa didalam bulan-bulan haram iaitu :- Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab.

7. Berpuasa mana-mana dari 9 hari dari bulan Zulhijjah, dari 1 hingga 9 Zulhijjah.

8. Berpuasa penuh didalam Sya'ban atau dengan banyaknya. "

Para Fuqaha' berpendapat jika seseorang itu ingin melakukan puasa sunat, tetapi dia mas! ! ! ih mempunyai baki puasa wajib, hendaklah
ia mengqada'kannya. Bahkan jika ia mempunyai kifarat dan nazar, maka hendaklah dia melakukannya puasa itu dahulu.[14]


Kesimpulan :

1. Hadis-Hadis Bulan-Bulan Rejab kebanyakkannya adalah Mawdhu' (Palsu). Pendustaan terhadap Rasulullah saw. (Al-Saqr, Al Qardhawi)

2. Kita dilarang memilih-milih hari atau malam yg tertentu sahaja untuk melakukan ibadat khusus.(Hadis Nabi saw)

3. Tidak ada fadilat KHAS yg ditujukan pada bulan Rejab, yg ada cuma fadilat umum kepada ke empat-empat bulan haram.(Al-Saqr, Al-Qardhawi)

4. Tidak ada solat dan zikir khas untuk bulan Rejab (Al-Saqr, Al-Qaradhawi).

5. Bulan Rejab seperti bulan-bulan Haram yg lain disunatkan melakukan Puasa sunat dan banyakkan bertaubat. ( Imam Al-Sya'rawi)

6. Keadah berpuasa di dalam bulan-bulan haram ialah: - hari yg ke 9,10,11 di dalam bulan Muharam (Syeikh Abdul Aziz bin Bazz)
- berpuasa hari Khamis, Jumaat, Sabtu (Hanafiah - Al-Zuhaily)
- Berpuasa pada bulan Rejab tidak sepenuhnya dan Sya'ban tidak sepenuh bulan (Al-Qardhawi)
- berpuasa pada hari Assyura' (10 Muharam) dan Hari Arafah (9 Zulhijjah).

7. Rejab tidak mempunyai kelebihan dari bulan-bulan yg lain, kecuali kelebihan sebagai bulan-bulan Haram.(Syed Sabiq)

8. Tidak boleh HANYA berpuasa dibulan Rejab sahaja, dimana 3 bulan-bulan yg Haram yg lain tidak langsung diberi keutamaan melakukan
puasa (MazhabHanbali- Al-Jaziry)

9. Tidak ada dalil yg mengatakan bahawa menziarah kubur didalam bulan Rejab mempunyai kelebihannya.

10. AWASIlah dari terlibat menyebarkan HADIS-HADIS PALSU, kerana ditakuti kita adalah sebahagian dari mereka yg MENDUSTAKAN
Rasulullah saw. (Na'uzubillahhu min zalik).

Dalam mempertingkat amalan-amalan kita kepada Allah swt, sering kali kita disajikan dengan pelbagai-bagai amalan yg kelihatan banyak fadilatnya. Malah ada juga kedapatan beberapa fadilat-fadilat yang sangat rapuh dalilnya, bahkan ia menjadi pegangan sebahagian umat Islam pada hari ini. Bagi persoalan-persoalan seperti fadilat Rejab atau bulan-bulan yg lain, kita mesti kembali kepada 'role model' atau contoh kita, iaitu Rasulullah saw sebagaimana firman Allah swt didalam surah Al-Ahzab ayat 21:

"Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta dia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang)" [Al-Ahzab - 21].